PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH
PESISIR SELATAN KABUPATEN BANTUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh Evi Akbarwati . NRP 3609100046. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Kekayaan alam merupakan sumberdaya utama yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah. Salah satu andalan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada era otonomi daerah adalah sektor kepariwisataan, dengan sifatnya yang multi sektor dan multi efek berpotensi untuk menghasilkan pendapatan yang besar. Dengan berkembangnya sektor kepariwisataan akan menghasilkan pendapatan wilayah dari berbagai sisi diantaranya retribusi masuk obyek wisata, pajak hotel, restoran dan industri makanan, perijinan usaha pariwisata maupun penyerapan tenaga kerja dari sektor formal maupun informal.
Kabupaten Bantul memiliki potensi wisata cukup berlimpah dan bervariasi. Obyek wisata di Bantul dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu wisata alam serta wisata budaya dan sejarah. Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang strategis untuk dikembangkan di Kabupaten Bantul dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah dan memperluas lapangan usaha dan kesempatan kerja. Masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Bantul sejak lama mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidup dari kegiatan pertanian dan pariwisata (Asyiawati et. al., 2002). Kegiatan pariwisata yang dilakukan di Kabupaten Bantul didominasi oleh obyek wisata pantai sebagai komoditas unggulan wilayah. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi dan peluang pengembangan obyek dan daya tarik wisata bahari di wilayah pesisir selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Dari hasil observasi diketahui bahwa minat pengunjung tertuju pada obyek wisata alam pantai, wisata budaya dan kesenian dan pembentukan gumuk pasir (sand dunes). Jenis obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di wilayah penelitian berupa wisata alam, wisata sejarah/budaya, dan taman rekreasi. Sebaran obyek dan daya tarik wisata di wilayah pesisir Kabupaten Bantul tercantum pada Tabel 1.
Diantara jenis obyek tujuan wisata yang ada, yang mengalami perkembangan yang cukup pesat dilihat dari minat para pengunjung pada tahun terakhir adalah wisata alam pantai, wisata budaya (berupa upacara labuhan), dan pengamatan pembentukan gumuk pasir di Parangtritis, hal ini ditandai dengan banyaknya kunjungan wisatawan. Jumlah wisatawan yang berkunjung pada obyek wisata pantai yang terdiri dari Pantai Pandansimo, Samas dan Parangtritis pada tahun 2001 adalah 1,756,874 jiwa dengan laju pertumbuhan pengunjung sebesar 7,89% per tahun yang dihitung mulai tahun 1997. Yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Pantai Parangtritis, hal ini disebabkan karena banyaknya obyek dan daya tarik wisata serta didukung dengan penyediaan fasilitas yang memadai dibandingkan dengan obyek tujuan wisata lainnya. Jumlah wisatawan yang berkunjung pada obyek daerah tujuan wisata di wilayah pesisir Kabupaten Bantul tercantum dalam Tabel 2.
Hal ini membuktikan bahwasannya, suatu daerah wisata membutuhkan ketersediaan fasilitas yang memadai. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung ke pesisir pantai parangtritis. Padahal pesisir pantai samas dan pandansimo tidak kalah indah dengan pantai parangtritis, akan tetapi karena kurangnya penyediaan fasilitas di pantai Samas dan Pandansimo, pengunjungnya menjadi sedikit.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bantul salah satunya bersumberkan dari sektor pariwisata. Pendapatan dari obyek wisata pantai memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Kabupaten Bantul. Hal ini terlihat dari jumlah pendapatan yang diterima dari masing-masing obyek tujuan wisata yang terdapat di Kabupaten Bantul. Jumlah pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Bantul pada tahun 2001 adalah sebesar Rp. 2.584.728.500,-, yang berasal dari enam obyek tujuan wisata. Wisata pantai memberikan kontribusi terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Bantul sebesar Rp. 2.556.898.250,- atau 98,92% dari jumlah pendapatan keseluruhan sektor pariwisata, dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 31,90% per tahun yang dihitung mulai tahun 1997 (Tabel 3.). Oleh karena itu obyek wisata pantai merupakan asset yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bantul untuk meningkatkan pendapatan daerah
Seperti yang disebutkan di atas bahwasannya pantai merupakan asset yang potensial untuk dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan daerah, maka perencanaan kawasan pesisir pantai merupakan hal yang penting untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilakukan denga membuat perencanaan kawasan pesisir yang unggul. Dalam perencanaan pada objek wisata sangat perlu mempertimbangkan mata pencaharian dan lapangan kerja masyarkat di sekitar pantai. Sehingga adanya penigkatan objek wisata, tidak semakin mematikan usaha masyarakt sekitar, namun semakin meningkatkan usaha mererka, baik secara kuantitas maupun kualitas. Dengan demikian, potensi objek wisata dan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Dalam menunjang kegiatan wisata diperlukan dukungan dari potensi budaya daerah, karena hal ini sangat membantu upaya pemasaran wisata yang dilakukan. Obyek budaya mempunyai bentuk dan corak yang sangat beragam dan berbeda untuk setiap kawasan, dan budaya tersebut terus dipertahankan oleh masyarakat di wilayah penelitian untuk menarik para wisatawan. Pada umumnya budaya masyarakat di wilayah penelitian didominasi oleh budaya Jawa karena mayoritas etnis penduduk di wilayah penelitian merupakan etnis Jawa. Adapun kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah penelitian adalah upacara adat dan kesenian. Kegiatan-kegiatan upacara adat yang unik dilakukan di wilayah penelitian meliputi Upacara adat Desa, Bekti Pertiwi, dan Upacara Labuhan Kraton Yogyakarta.
Penjagaan dan pelestarian akan budaya asli daerah merupakan hal yang dapat memberikan nilai tambah pada kawasan objek wisata. Selain dapat menjaga keaslian dari budaya, namun adanya pelestarian budaya asli daerah dapat menjadi icon bagi daerah tersebut sekaligus faktor yang menarik wisatawan untuk berkunjung.
Faktor yang berpengaruh dalam kurang berkembangnya wisata bahari di Bantul terbagi dalam dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi :
1) Penerapan kebijakan pemerintah daerah tentang pengembangan obyek wisata belum optimal dilakukan, meskipun potensi cukup tersedia,
2) Strategi promosi wisata cenderung konvensional,
3) Pelayanan Prima kepada wisatawan masih kurang terutama implementasi Sapta Pesona
4) Lemahnya koordinasi antara pelaku pariwisata, Pemerintah Daerah dan pihak terkait.
Faktor eksternal meliputi :
1) Kondisi perekonomian nasional yang belum mantap dan
2) Citra negatif keamanan dan kenyamanan wisata di Indonesia.
Oleh karena itu, pengembangan obyek wisata bahari di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu :
1) Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasarkan hasil studi pengembangan obyek wisata yang pernah dilakukan lembaga terkait,
2) Strategi promosi dengan penerapan teknologi informasi melalui media elektronik terutama internet dengan membuka situs pariwisata Bantul, dilengkapi dengan data yang terbaru,
3) Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan kenangan), kualitas pelayanan kepariwisataan yang baik merupakan sarana promosi yang efektif untuk meningkatkan jumlah wisatawan,
4) Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan kenyamanan berwisata,
5) Menambah event-event wisata dan diversifikasi produk wisata, festival budaya lokal (upacara adat), pertunjukan kesenian (seni tari, theater dan seni musik) dan aspek kelestarian lingkungan (konservasi penyu), pembenahan fasilitas dan akses obyek wisata diantaranya taman bermain, akuarium biota laut, marine science tour, pencitraan baru semisal dengan Parangtritis dengan citra baru sebagai daerah wisata kuliner masakan laut yang murah dan higienis dan penataan lingkungan sekitar pantai berpeluang meningkatkan pendapatan masyarakat dan wilayah.
Bila meninjau kasus lain mengenai pengembangan potensi objek wisata bahari Indonesia , salah satu objek wiata bahari yang relevan untuk diconton adalah pengemabangan wisata bahari di kawasan pesisir pulau Bali. Terbukti dengan ramainya pengunjung wisata, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Objek wisata bahari di pantai sanur dan kute, telah dikembangkan dengan baik, yaitu dari segi objek wisata, fasilitas, kebijakan, penataan, kelestarian keaslian budaya, promosi/pemasaran, dll. Selain dapat meningkatkan pendapatan daerah, masyarakat di sekitar pantai tersebut juga mengalami peningkatan baik dari segi penghasilan maupun usahan/mata pencaharian mereka. Potensi yang ada di sana telah dikembangkan dengan cukup baik. Wisata bahari di wilayah pesisir selatan Kabupaten Bantul memiliki potensi yang sama seperti di Bali Sehingga memiliki prospek kedepan yang baik. Hal ini bergantung pada perencanaan dan pemenuhan fasilitas dan kebijakan dari Pemerintah.
Kesimpulan
1. Minat pengunjung obyek wisata di kawasan pesisir Kabupaten Bantul tertuju pada obyek wisata alam pantai, wisata budaya dan kesenian dan pembentukan gumuk pasir (sand dunes).
2. Jumlah pengunjung obyek tujuan wisata pantai pada tahun 1997 mencapai 1.335.618 orang, meningkat menjadi 1.756.874 orang pada tahun 2002 dengan laju peningkatan mencapai 7,89% per tahun. Pendapatan wisata pantai pada tahun 2001 memberikan kontribusi sebesar Rp 2.556.898.250 atau 98,92% terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Bantul, dengan laju pertumbuhan sebesar 31,90% per tahun selama periode 1997-2001.
3. Pengembangan obyek wisata bahari di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan
a) Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasar-kan hasil studi pengembangan obyek wisata yang pernah dilakukan lembaga terkait,
b) Strategi promosi dengan penerapan teknologi informasi melalui media elektronik terutama internet dengan membuka situs pari-wisata,
c) Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan kenangan),
d) Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan kenyamanan
berwisata,
e) Menambah event-event wisata dan diversifikasi produk wisata, aspek kelestarian lingkungan dan pembenahan fasilitas dan akses obyek wisata diantaranya taman bermain, akuarium biota laut, marine science tour, dan penataan lingkungan sekitar pantai.
sumber : Jurnal PWK Unisba YULIA ASYIAWATI DAN SINUNG RUSTIJARNO 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar